Tuesday, November 8, 2022

Sejarah Kerajaan Laikang Takalar


Mungkin pembaca bertanya untuk apa sebuah masa lampau atau sebuah kerajaan kecil seperti Laikang diangkat ceritanya kembali ? apakah ini menguntungkan secara sosial ekonomi dan politik maupun hal lainnya? atau mungkin ada yang lebih menggelitik pertanyaannya, mengapa orang-orang terdahulu mendirikan sebuah Kerajaan?  

Ketika kita mempelajari etika, kerjasama dan hubungan kekerabatan orang-orang terdahulu maka kita akan mendapati nilai-nilai social yang begitu agung, dari keagungan moral orang terdahulu umumnya pendahulu suku Makassar sehingga sampai saat ini masih kita kenal kata sipakainga, (Saling mengingatkan) sipakatu (saling memanusiakan sesama manusia) dan sipakalabbiri (Saling menghargai). Dan hubungan kerjasama sosialnya masih sering kita dengar dengan istilah gotong royong yang dibeberapa tempat hal ini mulai mengikis, ini nilai-nilai sosialnya, lalu dari sisi politisnya kita bisa belajar bahwa kekuasaan itu tidak langgeng kekuasaan itu selalu dironrong oleh keadaan oleh karenanya kita bisa memetik pembelajaran bahwa ketika kita menjadi pemimpin maka memimpinlah secara jujur dan adil jika tak mampu maka mundurlah seperti yang dikisahkan oleh raja ke 4 Laikang Ma'minasa Daeng Roso

Lalu bukan tidak mungkin sejarah yang dibangun secara apik akan menjadi daya tarik tersendiri untuk semua pihak terutama pihak pemerintah, jika kemudian peninggalan sejarah ini bisa dijadikan cagar budaya yang bisa menarik banyak orang berkunjung ke Laikang maka secara ekonomi bisa menambah pundi-pundi pendapatan desa

Lalu untuk apa orang-orang terdahulu membangun Kerajaan? Kalau ini dijawab dengan logis oleh Filosof Jerman, Fridriech Wilhelm Nietzche bahwa semua orang memiliki Will To Power (Hasrat Untuk Berkuasa). Karena keinginan untuk menguasai maka seorang raja mengatur sedemikian rupa agar tetap bertahta dan memerintah dengan kekuasaan yang ia miliki, demi langgengnya kekuasaan itu mereka membangun benteng dan prajurit agar bisa menumpas segala musuh agar hasrat berkuasa itu tetap terpenuhi. Nach,, mungkin pertanyaan-pertanyaan mendasar kita sudah terjawab, karenanya mari kita ulas berikut ini Kerajaan yang bernama Laikang semoga menambah referensi kecakapan intelektual kita agar tahu kesejatian diri bangsa sendiri bukan untuk dibanggakan tapi untuk dijadikan pembelajaran untuk membangun masa kini dan masa yang akan datang

PENAMAAN LAIKANG

            Laikang saat ini adalah salah satu desa pesisir yang terletak di ujung barat pantai Sulawesi selatan yang berbatasan dengan Kabupaten Jeneponto sebelah timur, Laut Flores sebelah selatan, desa Pattoppakang sebelah utara, desa Punaga dan Cikoang disebelah barat. Dahulu  Laikang dikenal dengan nama Giring-Giring yang diartikan sebagai daerah yang sepi karena memang Laikang jauh terpencil di pesisir Teluk Laikang, Jauh dari Galesong maupun Makassar yang pastinya lebih duluan berkembang sebagai pusat perdagangan baik dari China, Melayu, India dan Persia.

            Namun kemudian perkembangan pelayaran dan datangnya orang-orang luar terutama Eropa ke dunia timur sejak abad ke 16 dan terbukanya jalur ke Maluku yang dikenal sebagai penghasil rempah-rempah yang menggiurkan menjadikan Laikang semakin dikenal dan ramai. Nama Laikang sendiri berasal dari Palaekang yang artinya persinggahan. Alasan para pelayar singgah di Laikang cukup berasalan  karena Teluknya yang aman di musim barat maupun di musim timur sehingga sangat memungkinkan bagi mereka yang berlayar di sekitaran laut Laikang untuk melakukan persinggahan jika cuaca kurang membaik atau terjadi sesuatu pada kapal mereka.

DIPENGARUHI OLEH DUA ETNIS

            Secara umum Laikang dipengaruhi oleh dua dimensi bangsa yaitu Bangsa Indonesia sendiri melalui pengaruh Kerajaan Gowa dan Bone, dan Bangsa Arab. Bukti bahwa Laikang dipengaruhi oleh kerajaan Bone adalah  Makkasaung Ri Langi Raja Ke 5 Laikang berasal dari Kerajaan Bone, yang kita ketahui bersama bahwa Kerajaan Bone adalah kerajaannya suku Bugis, kemudian sebagai bukti bahwa kerajaan Gowa juga berpengaruh adalah pada masa tahta dipegang oleh Compong Leko Daeng Karaeng ( Raja ke 6) Pasukan Laikang membantu kerajaan Gowa berperan melawan VOC yang dipimpin langsung oleh  sang penampuk mahkota kerajaan yaitu Compong Leko Daeng Karaeng, dari sini jiwa-jiwa pejuang dari Laikang muncul bersamaan karena seringnya berjuang dengan orang-orang Gowa yang memiliki suku yang sama yaitu suku Makassar.

            Di abad ke 16 penyebaran Agama Islam telah sampai ke Sulawesi Selatan yang pertama kali dibawa oleh Datuk Ribandang dan Datuk Patimang sehingga di abad 16 itu Raja Gowa ke 14 Sultan Alauddin menjadikan Islam sebagai agama Kerajaan namun di beberapa daerah terpencil masyarakat belum mengenal ajaran agama Islam ini, setelah Syech Jalaluddin datang di awal abad ke 17 yang sempat tinggal beberapa tahun di Gowa dan punya Murid Fenomenal disana yaitu Syech Yusuf (Tuanta Salamaka) dan Raja Gowa ke 16 (Sultan Hasanuddin) kemudian hijrah lebih ke selatan lagi dan masuk ke Sungai Cikoang. Kehadiran Syech Jalaluddin yang merupakan keturunan ke 27 Nabi Muhammad Saw sungguh sangat memberi pengaruh besar pada tatanan kehidupan orang Cikoang-Laikang terutama dari segi keyakinan yang sebelumnya mereka menganut system kepercayaan aminisme.

BERDIRINYA KERAJAAN LAIKANG


Laikang yang semakin maju dan berkembang  pada abad ke 16 (1.500 M) mendirikan kerajaan bernama Kerajaan Laikang, dari beberapa sumber diketahui bahwa Kerajaan Laikang sudah ada di awal abad 16 dengan raja pertamanya bernama TUNIPASAYYA, dan secara berturut-turut berikut ini adalah nama-nama raja Laikang dari awal berdirinya hingga sekarang 

1 Karaeng Tunipassayya
2 Aru Cina
3 Petta Panggauka

4 Mamminasa Daeng Roso
5 Andi Makkasaung Ri Langi
6 Compong Leko Daeng Karaeng
7 Sayyed Jafar Sadiq (menjadi raja pertama Laikang dari keturunan Sayyed)

8 Sayyed Muhammad Patadang Daeng Ri Boko
9 Sayyed Tikollah Daeng Leo
10 Sayyed Muhammad Cincing
11 Sayyed Muhammad Patadang Daeng Ri Boko
12 Sayyed Manyyingarri.
13 Andi Parawansyah
14 H.Andi Lomba Parawansyah

15 H.Andi Sukwansyah A.Lomba Karaeng Nojeng

Tercatat dari semua sumber bahwa pada Raja ketiga yakni pada masa pemerintahan PETTA PUNGGAUKA masyarakat Laikang berada pada kehidupan nan damai sehingga karena tidak ada gejolak berarti dari masyarakat sehingga PETTAPUNGGAUKA memerintah sampai 30 tahun, setelah raja ketiga PETTAPUNGGAUKA turun tahta putri beliau bernama MAMINASA DG ROSO mengambil alih pemerintahan dari ayahnya.

Baca Juga di Punaga beberapa Peninggalan Raja Gowa ke XVI ditemukan

Pada masa kekuasaan MAMINASA DG ROSO terjadi banyak bencana menimpa masyarakat kerajaan Laikang, dan merasa tidak mampu lagi menjalankan pemerintahan  MAMINASA DG ROSO menyerahkan tampuk pemerintahan itu kepada Baku Appaka (Pati). Baku Appaka adalah pati atau sekumpulan penasehat kerajaan, tak berselang lama anggota Baku Appaka berdiskusi untuk mengambil tindakan dengan alasan  karena kekosongan pemerintahan Baku Appaka segera berangkat ke Bone untuk mencari raja yang dianggap mumpuni untuk memegang tahta kerajaan Laikang. Di Bone Baku Appaka yang berangkat dengan pimpinan rombongan bernama Barumbung dg Ta'le langsung mengadakan Sayembara untuk mencari pemuda yang menurutnya pantas memimpin Kerajaan Laikang


Dalam pencarian yang dilakukan dengan cara sayembara muncullah seorang pemuda yang begitu piawai dan berpakain patonro yang memikat hati tamu dari Laikang yang kemudian salah satu dari rombongan ini mendekati pemuda tersebut untuk bisa berangkat ke Laikang memimpin Kerajaannya namun pemuda itu menyuruh rombongan ini untuk menemui kedua orang tuanya dan setelah rombongan dari Laikang menemui kedua orang tua anak muda tersebut tanpa mengulur waktu keesokan harinya berangkatlah kembali rombongan tersebut dengan menempuh perjalanan laut. Dikabarkan bahwa dalam perjalanan Andi Makkasaung Ri Langi memperlihatkan kembali kesaktiannya dengan hanya tiga kali mendayung perahu Lasareang Kekea sudah sampai ke daratan tanah kerajaan Laikang tempat tersebut bernama Puntondo

Sesampainya di Tanah Laikang Andi Makkasaung Ri Langi langsung disambut dengan acara adat yang kemudian diangkat jadi Raja Ke 5 Laikang sekaligus menikahi Ma'minasa Daeng Roso. Melalui pernikahan tersebut mereka dikarunia tiga orang anak yaitu :

1.      Compong Leko' Daeng Karaeng

2.      Daeng Muntu

3.      Ranjabila Daeng Mati'no

  Andi Makksaung Ri Langi  memerintah beberapa tahun dan pemerintahannya berjalan dengan baik, dan suatu ketika beliau sudah mau pulang ke Bone lalu memberikan tahta kekuasaannya kepada Compong Leko' Daeng Karaeng sebagai Raja ke 6. Dikabarkan bahwa pijakan kakinya yang terakhir adalah di Puntondo dimana dia pertama kali menginjakkan kakinya di butta Laikang dan berpesan sebelum pergi bahwa jika saya meninggal dalam perjalanan maka buatkanlah saya kuburan di tempat ini, sekarang tempat tersebut dikenal dengan nama Jera'na Karaengta (makam raja kita)

Pada masa pemerintahan Compong Leko Daeng Karaeng terjadi peperangan di Gowa yang kemudian Sombayya Ri Gowa meminta bantuan kepada raja Laikang, kemudian direspon langsung oleh Compong Leko Daeng Karaeng dan memimpin langsung pasukan ke Gowa, seperti yang kita ketahui bahwa di tahun 1653-1655, 1666-1669 terjadi perang besar di Makassar antara VOC dengan kerajaan Gowa demi mengusai perdagangan di bagian timur Nusantara. Namun sesampainya di Gowa Compong Leko daeng Karaeng malah merasa malu karena Sombayya di Gowa mengatakan "tidak adakah lelaki pemberani dari Laikang sehingga yang memimpin pasukan kesini adalah seorang perempuan".

            Sekembalinya dari Gowa Compong Leko Daeng Karaeng mengumpulkan sanak familinya beserta semua dedengkot kerajaan, setelah mereka semua berkumpul sang Raja mengatakan bahwa "lipa'lalang kalengku kualleangi punna niak erok angngallei anne empoangku" (sarung yang sedang saya pakai akan saya serahkan jika ada yang mau mengambil alih kedudukanku) dari sela sekumpulan banyak orang angkat tanganlah satu orang laki-laki gagah perkasa dan mengatakan kesiapannya menjadi raja dan siap membawa pasukan dan berpeang di Gowa, orang tersebut adalah Sayyed Jafar Syadiq yang merupakan cucu dari Sayyed Jalaluddin. Kemudian kedudukannya sebagai Raja ke 7 Laikang  membawa pasukan ke Gowa dan beberapa kali memenangkan peperangan

            Setelah berakhirnya kisah peperangan yang dinahkodai oleh Sayyed Jafar Shadiq tidak ada lagi cerita yang mengesankan setelahnya namun kerajaan ini tetap langgeng namun bukan lagi sebagai sebuah organisasi yang menjalankan pemerintahan namun dalam perkara tertentu Kerajaan ini masih berperan dengan lembaga adatnya yang berpusatdi Cikoang, keberadaan lembaga adat ini berfungsi untuk mengatur hal-hal yang secara kultural masih perlu dijaga

Dalam perkembangan zaman selanjutnya Laikang berubah menjadi Desa. Desa Laikang pertama kali dijabat oleh Kepala Desa bernama Kareng Tonrang dengan masa jabatan 2 (dua) tahun, kemudian digantikan oleh Daeng Tuan yang menjabat selama 1 (satu) tahun. Selanjutnya dijabat oleh Tuan Caddy selama kurang lebih 32 tahun dengan sistem aklamasi atau ditunjuk oleh pemangku adat (H. Andi Lomba Parawansyah Bin Parawansyah) yakni mulai tahun 1961 hingga tahun 1993.

Sejak tahun 1993 kemudian dimulailah pemilihan kepala desa secara demokrasi yang diikuti oleh 2 calon yaitu Moh. Idris Tuan Nyengka Bin Tuan Caddy dan H. Baso Rowa Bin Tjintjing. Yang kemudian dimenangkan oleh H. Baso Rowa Bin Tjintjing dan menjabat kepala desa sampai tahun 2001. Selanjutnya pada bulan November dilaksanakan lagi pemilihan kepala desa yang dimenangkan oleh Nai Laidi Bin Laidi dan menjabat selama 2 periode (kurang lebih 11 tahun) sampai tahun 2006.

Baca Juga Berwisata sambil Belajar di PPLH Puntondo

            Selanjunya pada tahun 2006 kembali terjadi pemilihan kepala desa yang dimenangkan oleh Sila Laidi Bin Laidi. Sila Laidi kemudian berhasil menjadi Kepala Desa Laikang selama 2 periode secara berturut sampai tahun 2018. Setelah masa jabatan kepala desa berakhir pada 2018, maka selanjunya Desa Laikang di pimpin oleh Penjabat Kepala Desa bernama Syafaruddin, S.Sos, M.Si yang menjadi sampai Mei 2020 dan digantikan oleh Amir, S.Sos selaku Penjabat Kepala Desa Laikang.

Nama – Nama Kepala Desa yang pernah menjabat di Desa Laikang

No

Nama Kades

Periode

Status

Durasi

1

Kareng Tonrang

1958 - 1960

Penunjukan

2 Tahun

2

Daeng Tuan

1960 - 1961

Penunjukan

1 Tahun

3

Tuan Caddy

1961 - 1993

Penunjukan

32 Tahun

4

H. Baso Kr Rowa

1993 - 2001

Defenitif

8 Tahun

5

Nai Laidi

2001 – 2012

Defenitif

11 Tahun

6

Sila Laidi

2012 – 2018

Defenitif

6 Tahun

7

Syafaruddin, Sos, M.Si

2018 - 2020

Penjabat

1,5 Tahun

8

Amir, S.Sos

2020 - 2021

Penjabat

1,5 Tahun

9

Nursalim Dg Lingka

2021-2026

Defenitif

6 Tahun

 

            Saat ini desa Laikang menjadi desa yang terbuka dengan berbagai keadaan dengan tetap mempertahankan nilai-nilai social yang ada sejak dahulu, meski sebagian sudah terkikis, di Laikang secara ekonomi saat ini sangat diuntungkan dengan naiknya harga komoditas perikanan seperti rumput laut dan lobster  yang kemudian pula merubah pola hidup  sebagian dari mereka


          Saat ini Laikang dipimpin oleh seorang kepala desa yang dipilih secara demokratis bernama Nursalim Dg Lingka salah satu misiya adalah membuat situs sejarah Kerajaan Laikang


Penulis : Muh. Ibrahim Bakri, S.Pi

disadur dari berbagai sumber

No comments:

Post a Comment

UNTUK KEDUA KALINYA PASIR PUTIH SELECTION CHAMPION DI GARKAS CUP

               GARKAS CUP adalah salah satu Turnamen Futzal paling bergengsi di Wilayah Kecamatan Mangarabombang dan Kecamatan Laikang Kabup...